Lumbung Padi Itu Sedang Terbakar | Oct 30, ’07 3:11 AM for everyone |
“Lumbung padi itu sedang terbakar, mari kita utamakan dahulu pemadamannya agar kita semua dapat berpikir secara tenang” . Itulah potongan kalimat jawaban direktur PT Pos Indonesia saat diminta untuk menindak pegawai yang disinyalir melakukan tindak pidana korupsi oleh seorang perwakilan pelapor kasus korupsi.
Kejadian itu terjadi di Hotel Redtop di wilayah Pecenongan Jakarta Pusat.
Perumpamaan lumbung padi yang digunakan direktur PT Pos itu sangat tepat, betapa tidak 29.000 orang bergantung dapurnya di PT Pos Indonesia. Jika saat ini Citra PT Pos Indonesia hancur lebur akibat adanya pemberitaan kasus korupsi di Televisi dan media cetak maka yang terganggu adalah hajat hidup seluruh karyawan.
Mungkin perumpamaan yang sedikit mendekati tanggapan karyawan adalah, “membasmi tikus di lumbung padi tidak perlu dengan cara membakar lumbungnya”.
Pihak pelapor sebenarnya juga tidak ingin membakar lumbung padi, tetapi karena informasi tentang adanya “tikus-tikus” di lumbung padi itu dianggap angin lalu oleh pihak Manajemen, diupayakanlah mencari perhatian dengan cara melaporkan masalah internal PT Pos Indonesia ini ke pihak kejaksaan Tinggi DKI.Rupanya pihak Manajemen PT Pos Indonesia merasa mampu mengatasi masalah pelaporan ke kejaksaan ini dengan “Menutupi” kasus ini dengan cara melakukan lobi-lobi ke salah satu jaksa di Kejaksaan Tinggi DKI.
Sebenarnya pembakaran lumbung padi ini dimulai dengan cara membayar pihak kejaksaan untuk tidak mengusut kasus korupsi ini.
Melihat kenyataan itu, habis juga kesabaran pihak pelapor sehingga dibongkarlah kasus ini ke pihak Kejaksaan Agung, KPK, Kepolisian dank e Meneg BUMN. Laporan inilah yang akhirnya membakar lumbung padi itu. Apalagi ditambah dengan tidak kompaknya ke enam Direksi PT Pos dalam menangani masalah ini, makin besarlah api yang membakar PT Pos Indonesia, api dendam, api amarah dan api politik bercampur baur menambah besarnya api.
Suasana makin kacau, saat kericuhan internal ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan kursi Direksi.Lihat saja pemberitaan di beberapa media cetak, tampak jelas ada upaya-upaya politik untuk membersarkan kasus korupsi ini menjadi konsumsi politik perusahaan, bukan lagi murni membahas bagaimana mencegah kasus korupsi itu agar tida menyebar tetapi justru yang berkembang ada upaya-upaya mempertahankan kedudukan.
Tinggalkan Balasan